Keputusan untuk lokasi limbah radioaktif
umumnya dipilih berdasarkan pertimbangan politik dan sosiologi. Berikut adalah
aspek teknis dari bagaimana limbah radioaktif diperlakukan.
ü Limbah radioaktif berasosiasi dengan
reaktor nuklir memiliki dua kategori :
1.
limbah
komersil – hasil dari operasi fasilitas listrik tenaga nuklir.
2. limbah militer – hasil dari operasi reaktor yang berasosiasi dengan pabrikasi senjata. Karena bahan bakar dalam reaktor produksi plutonium diperlukan oleh senjata memiliki radiasi yang lebih lemah daripada nuklir yang digunakan di PLTN, limbah militer mengandung lebih sedikit produk fisi dan tidak seaktif limbah PLTN baik secara radiologis maupun termal. Walau begitu, mereka masih cukup berbahaya dan memerlukan pembuangan yang hati-hati.
2. limbah militer – hasil dari operasi reaktor yang berasosiasi dengan pabrikasi senjata. Karena bahan bakar dalam reaktor produksi plutonium diperlukan oleh senjata memiliki radiasi yang lebih lemah daripada nuklir yang digunakan di PLTN, limbah militer mengandung lebih sedikit produk fisi dan tidak seaktif limbah PLTN baik secara radiologis maupun termal. Walau begitu, mereka masih cukup berbahaya dan memerlukan pembuangan yang hati-hati.
PLTN
menggunakan batang-batang bahan bakar dengan rentang usia sekitar tiga tahun.
Tiap tahun, sekitar sepertiga batang bahan bakar yang habis dibuang dan
disimpan dalam lembah pendingin, baik dalam lokasi reaktor maupun di tempat
lain. PLTN modern umumnya membuang sekitar 30 ton bahan bakar yang telah habis
per reaktor per tahun. ”Sedikit bagian dari limbah ini masih dapat
di daur ulang dan kembali digunakan.” Sebenarnya, daur ulang justru
meningkatkan volume limbah radioaktif, namun seperti dalam kasus limbah
militer, limbah dari daur ulang limbah sebelumnya ini lebih lemah dalam jangka
panjang. Walau begitu, limbah dari daur ulang juga harus dibuang dengan hati-hati.
Bahan
bakar yang habis dari sebuah reaktor mengandung uranium tak berguna dan
plutonium-239 yang telah dibuat dengan pengeboman neutron saat proses fisi.
Campuran lain limbah ini adalah cesium-137 dan strontium-90 yang merupakan
produk fisi yang sangat radioaktif dan berbahaya. Karena bahan
bakar daur ulang mengandung plutonium, sesuai untuk membuat senjata nuklir,
terdapat pertimbangan keamanan atas kemungkinan limbah ini direbut oleh agen
atau teroris yang tidak memiliki kapabilitas senjata nuklir.
> Kategori limbah menurut isi
Selain kategori berdasarkan
sumber, limbah radioaktif juga dapat digolongkan berdasarkan isinya:
Limbah tingkat tinggi mengandung
99.9% produk fisi nonvolatil, 0.5% uranium dan plutonium, dan semua aktinida
yang terbentuk oleh transmutasi uranium dan plutonium di reaktor. Diantara
aktinida ini adalah neptunium dan americium. Limbah tingkat tinggi dapat berupa
cairan dari daur ulang atau berupa batang bahan bakar yang dibuang tanpa daur
ulang.
Limbah wadah terdiri dari potongan
padat Zircaloy dan wadah baja tahan karat (tabung dimana bahan bakar disimpan)
serta unsur struktural lainnya rakitan bahan bakar yang tersisa setelah inti
akhir telah terlarut.
Limbah transuranik tingkat
rendah adalah bahan padat atau dipadatkan yang mengandung plutonium atau
pemancar partikel alfa berumur panjang lainnya dalam konsentrasi yang diketahui
atau diduga lebih tinggi dari 10 nanocurie per gram dan tingkat radiasi
eksternal setelah pengemasan cukup rendah untuk memungkinkan penanganan langsung.
Limbah transuranik tingkat
sedang adalah bahan padat atau dipadatkan yang mengandung pemancar partikel
alpha berumur panjang dengan konsentrasi lebih dari 10 nanocurie per gram dan
setelah pengemasan memiliki dosis permukaan antara 10 dan 1000 mrem/jam karena
pencemaran produk fisi.
Limbah tingkat rendah non
transuranik adalah beraneka bahan yang tercemar dengan isotop pemancar beta dan
gamma tingkat rendah, namun mengandung kurang dari 10 nanocurie aktivitas alfa
berumur panjang per gram.
> Metode pembuangan permanen
Karena banyak keraguan diantara
para pemerintah dengan penyimpanan geologis permanen, seperti telah disebutkan
sebelumnya, berbagai usaha terus dilakukan dalam metode penyimpanan permanen
dan semipermanen. Banyak metode melibatkan pendekatan “barisan penghalang”.
Penghalang pertama adalah badan limbah dimana bahan radioaktif disimpan –
vitrifikasi, pengapuran, dsb. Persyaratan penghalang pertama adalah ia tidak
korosif dan memiliki stabilitas termal dan integritas mekanis yang baik. Limbah
menghasilkan banyak panas saat dekade pertama penyimpanannya. Hal ini
mempengaruhi keputusan mengenai bentuk limbah dan penghalang kedua, wadah yang
menyelubungi badan limbah. Fungsi utama wadah ini adalah melindungi bahan saat
pengumpulan dan transportasi (ke lokasi geologis). Wadah ini juga menjadi
pelindung yang baik untuk isinya selama minimal 50 tahun, untuk berjaga-jaga
bila limbah ini akan diambil lagi di masa depan. Wadah ini harus mampu menahan
zat kimia
korosif, mereka harus tahan terhadap fluks radiasi sangat tinggi yang
disebabkan peluruhan produk fisi dan panas yang dibangkitkan oleh limbah yang
meluruh. Wadah baja tahan karat tak terlindungi tidak akan mampu menahan peluruhan
struktur yang terjadi akibat penumpukan garam untuk periode selama itu.
Persediaan harus ada untuk mendinginkan wadah, baik dengan udara maupun air.
Wadah ini harus dirancang untuk memungkinkan transfer panas maksimum dan saat
ini, konfigurasi silinder atau anulus yang digunakan. Penghalang ketiga adalah
lokasi geologis itu sendiri, jelas harus tahan terhadap penetrasi air dan
merupakan lokasi yang stabil secara seismik. Untuk memenuhi semua persyaratan
lebih jauh, pertimbangan diberikan untuk membuat pembuangan limbah secara
bertahap, mungkin menyimpan wadah dalam air pendingin selama beberapa
tahun pertama, kemudian menggantinya dengan pendingin udara.
Pilihan dominan tampaknya adalah
penyimpanan bawah tanah. Masih ada metode lain yang diajukan para ilmuan
nuklir.
> Metode rongga tambang larutan, dimana larutan kimia digunakan untuk menggali rongga dalam
media yang sesuai, seperti garam batu.
> Metode matriks lubang bor dilakukan dengan sederetan lubang berdiameter besar yang dibor dalam
media geologis hingga kedalaman 2 kilometer untuk membentuk kisi-kisi lubang,
limbah padat kemudian dikemas ke dalam lubang ini dan disegel.
> Metode pelelehan batuan diajukan untuk menangani limbah cair yang tidak dapat memadat,
dimana limbah dituang kedalam rongga bawah tanah yang dibuat lewat ledakan
bawah tanah.
> Metode hidrofraktura juga diajukan untuk limbah cair, dimana limbah ini diubah menjadi
semacam semen (grout). Grout ini dipompakan dengan tekanan tinggi kedalam
landas sedalam 1 kilometer. Tekanan operasi menyebabkan landas ini retak dan
lembah mengisi retakan dan memadat. Prosedur ini telah digunakan selama
bertahun-tahun dalam bidang perminyakan.
> Metode es kutub memperlakukan limbah yang dilelehkan lewat bantuan es (walaupun
metode ini akan memerlukan teknologi baru); atau limbah harus diletakkan diatas
permukaan es atau ditanamkan kedalam es. Manfaatnya adalah jarak yang jauh dari
populasi dan pendinginan termal yang baik. Kerugiannya adalah transportasi yang
ekstensif dan kesulitan dalam pengambilan kembali. Metode ini tidak menarik
untuk dipilih karena terlalu banyak faktor yang tidak diketahui sehingga masih
memerlukan penelitian lebih jauh.
> Metode disposisi samudera, dimana proses yang sama dengan metode es kutub dilakukan pada zona
subduksi dan parit laut dalam atau daerah endapan cepat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar