Limbah cair
merupakan limbah berwujud cair yang keberadaannya tidak diharapkan. Limbah ini
dapat dihasilkan dari kegiatan Industri serta kegiatan rumah tangga. Kali ini
kita akan bahas cara mengolah limbah cair yang berasal dari rumah tangga.
Penanganan limbah cair rumah tangga dapat dilakukan dengan membuangnya dalam
sepitack namun hal ini dikhawatrirkan akan menyebabkan kebocoran pada tanah dan
menyebabkan pencemaran tanah. Solusi alternatif yang ada yaitu menggunakan
sepitanck yang berbentuk tabung diproduksi oleh beberapa perusahaan namun tidak
semua lapisan masyarakat mampu untuk membelinya selain itu masalah penggunaan
sepitanck ini juga sulit diterapkan didaerah padat sekitar kota-kota. Dan
faktanya sebagian besar masyrakat dikota membuang limbah ke saluran air atau
selokan. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air dan merusak lingkungan
sekitar. Oleh sebab itu kita akan
mencoba menerapkan pengolahan air ke dalam pengolahan limbah rumah tangga.
Pengolahan air meliputi koagulasi, netralisasi, adsorpsi dan
desinfeksi.
Adapun tahap
yang dapat dilakukan yaitu Adsorpsi, Koagulasi, Netralisasi dan Desinfeksi:
1. Langkah pertama adalah adsorpsi
dimana adsorpsi sering dimanfaatkan untuk menghilangkan bau, rasa dan warna.
Adapun bahan yang biasa digunakan untuk adsorpsi adalah karbon aktif, zeolit,
lumpur aktif dan silika gel. Bahan-bahan tersebut dikenal dengan adsorben.
zat-zat penyebab bau, rasa dan warna akan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja
pada permukaan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa pada proses adsorpsi ini
terlibat gaya-gaya antar molekul untuk menghilangkan bau rasa dan warna, gaya
antar molekul yang paling mungkin adalah gaya Van der Walls. Adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon
aktif yang mudah didapat serta ekonomis.
2. Langkah selanjutnya adalah koagulasi, langkah ini dilakukan bertujuan untuk
menghilangkan partikel koloid yang sulit dipisahkan dengan penyaringan biasa.
Kekeruhan yang ada pada limbah umumnya stabil hal ini dikarenakan terdapat
partikel koloid terlarut didalamnya, sedangkan partikel suspensi akan mengendap
di dasar. Keadaan seperti ini (keruhnya air limbah) akan terus berlangsung jika
kestabilan koloid dalam limbah tidak diganggu oleh sebab itu untuk mengganggu
kestabilan koloid dapat dilakukan dengan cara koagulasi yaitu proses
penggumpalan partikel-partikel koloid dan pengendapannya. Koagulasi ini dapat
dilakukan dengan menambahkan suatu zat yang disebut koagulan, ada
bermacam-macam koagulan diantaranya tawas, FeCl3, PAC, FeSO4
dan lain-lain. umumnya koagulan yang
paling sering digunakan adalah tawas hal ini dikarenakan mudah diperoleh dan
ekonomis. Dengan penambahan koagulan maka limbah perlahan menjadi jernih yang selanjutnya perlu dilakukan penyaringan
untuk memisahkan partikel koloid yang terendapkan dengan zat cairnya.
3. Langkah selanjutnya adalah netralisasi, langkah ini
perlu dilakukan karena penggunaan tawas sebagai koagulan akan menyebabkan
limbah menjadi asam dan jika dibiarkan akan merusak lingkungan. Oleh sebab itu,
perlu ditambahkan zat lain yang dapat menetralkan pH dari limbah. Untuk
koagulan tawas biasanya digunakan Ca(OH)2 untuk menetralkan pHnya,
namun penggunaan Ca(OH)2 memungkinkan timbulnya limbah baru yaitu
air sadah yang disebabkan oleh Ca2+. selain Ca(OH)2 juga bisa menggunakan CaCO3
atau Na2CO3 atau garam-garam lain yang bersifat basa.
Jika limbah bersifat asam tentu dapat dinetralkan oleh asam atau garam-garam
yang bersifat asam seperti NH4Cl dan lain sebagainya.
4. Langkah
terakhir adalah desinfeksi. Langkah ini diambil untuk membunuh bakteri
yang terdapat dalam limbah, bahan yang digunakan disebut desinfektan adalah
senyawa klorin seperti asam hipoklorit, ion hipoklorit dan lain-lain. Cara lain
juga dapat digunakan seperti dengan ozon, dan dengan pemanasan.
Setelah selesai
pengolahan tentunya kita harus mampu memastikan apakah limbah sudah aman bagi
lingkungan atau tidak hal ini dapat ditempuh dengan beberapa uji terhadap
sifat-sifatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar