Limbah tekstil
ialah limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan
kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan
proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasilkan limbah yang lebih
banyak dan lebih kuat dari limbah dari proses penyempurnaan bahan sintetis.
Karakteristik
Air Limbah Industri Tekstil:
Karakteristik air limbah dapat
dibagi menjadi tiga yaitu:
- Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri
dari beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Merupakan padatan didalam air
yangterdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau
tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam
mg/lkering lumpur yang ada didalam air
limbah setelah mengalamipenyaringan
dengan membran berukuran 0,45 mikron.
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak
berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna
limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan
Kekeuhan disebabkan oleh zat padat
tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.
e. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat
penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan
organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada
proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian
bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.- Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan
buangan di dalam air.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen
dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang
ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts
dan Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
adalah kadar oksigen terlarut yang
dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat
tergantung pada temperature dan salinitas.
d. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan
korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses
desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan
dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.
e.Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida
dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah
secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif
terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero
intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan
hati, serta dapat menimbulkan kematian).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan
biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan
kehidupan mikroorganisme.Ph normal untuk kehidupan air adalah 6–8.
h. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya
berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan
limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat dapat masuk ke dalam
tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan
mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi.
Berdasarkan sifat racunnya logam
berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Sangat beracun, dapat
mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka
waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.
2. Moderat, mengakibatkan gangguan
kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka
waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc,
Te, Va, Co dan Rb.
3. Kurang beracun, namun dalam
jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain
:Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .
- Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan
untuk mengukur kualitas air terutama air yangdikonsumsi sebagai air minum dan
air bersih.Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang
terkandung dalam air limbah.
Penentuan kualitas biologi
ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan
bakteri, algae, cacing, serta plankton.penentuan kualitas mikroorganisme
dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan
kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan
pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.
Menurut Sunu (2001) faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air
yaitu :
- Sumber air
Jumlah dan
jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber seperti air hujan,
air permukaan, air tanah, air laut dan sebagainya.
- Komponen nutrien dalam air
Secara alamiah
air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme yang
dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu.
- Komponen beracun
Terdapat di
dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di
dalam air. Sebagai contoh asam-asam organik dan anorganik, khlorin dapat
membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainnya di dalam air.
- Organisme air
Adanya
organisme di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air,
seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.
- Faktor fisik
Faktor fisik
seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi
sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terapat
di dalam air.
Sistem pengolahan limbah tekstil
dengan sistem pengolah limbah lumpur aktif dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
- PROSES PRIMER
*Penyaringan Kasar
Air limbah dari proses pencelupan
dan pembilasan dibuang melalui saluran pembuangan terbuka menuju pengolahan air
limbah. Saluran tersebut terbagi menjadi dua bagian, yakni saluran air berwarna
dan asaluran air tidak berwarna. Untuk mencegah agar sisa-sisa benang atau kain
dalam air limbah terbawa pada saat proses, maka air limbah disaring dengan
menggunakan saringan kasar berdiameter 50 mm dan 20 mm.
*Penghilangan Warna
Limbah cair berwarna yang bersal
dari proses pencelupan setelah melewati tahap penyaringan ditampung dalam dua
bak penampungan, masing-masing berkapasitas 64 m3 dan 48 m3. Air tersebut kemudian
dipompakan ke dalam tangki koagulasi pertama (volume 3,1 m2) yang terdiri atas
tiga buah tangki, yaitu : Pada tangki pertama ditambahkan koagulasi FeSO4 (Fero
Sulfat) konsentrasinya 600-700 ppm untuk peningkatan warna. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam tangki kedua dengan ditambahkan kapur (lime) konsentrasinya
150-300 ppm, gunanya untuk menaikkan pH yang turun setelah penambahan FeSO4.
Dari tangki kedua, limbah dimasukkan ke dalam tangki ketiga pada kedua tangki
tersebut ditambahkan polimer berkonsentrasi 0,5-0,2 ppm, sehingga akan
terbentuk gumpalan-gumpalan besar (flok) dan mempercepat proses pengendapan.
Setelah gumpalan-gumpalan terbentuk,
akan terjadi pemisahan antara padatan hasil pengikatan warna dengan cairan
secara gravitasi dalam tangki sedimentasi. Meskipun air hasil proses
penghilangan warna ini sudah jernih, tetapi pH-nya masih tinggi yaitu 10,
sehingga tidak bias langsung dibuang ke perairan.
*Ekualisasi,
Bak ekualisasi disebut juga bak air
minum yang memiliki volume 650 m3 menampung dua sember pembuangan yaitu limbah
cair tidak berwarna dan air yang berasal dari mesin pengepres lumpur.Kedua
sumber pembuangan mengeluarkan air dengan karakteristi yang berbeda. Oleh
karena itu, untuk memperlancar proses selanjutnya air dari kedua sumber ini diaduk
dengan menggunakan blower hingga mempunyai karakteristik yang sama yaitu pH 7
dan suhunya 32oC. Sebelum kontak dengan system lumpur aktif, terlebih dahulu
air melewati saringan halus dan cooling water, karena untuk proses aerasi
memerlukan suhu 32oc. Untuk mengalirkan air dari bak ekualisasi ke bak aerasi
digunakan dua buah submerble pump atau pompa celup (Q= 60 m3/jam).
*Saringan halus
Air hasil ekualisasi dipompakan
menuju saringan halus untuk memisahkan padatan dan larutan sehingga air limbah
yang akan diolah bebas dari polutan kasar berupa sisa-sisa serat benang yang
masih terbawa.
*Cooling Tower
- PROSES SEKUNDER
* Proses Biologi
Kontak bakteri dengan limbah lembih
merata serta tidak terjadi pengendapan lumpur seperti layaknya yang terjadi
pada bak persegi panjang.Kapasitas dari ketiga bak aerasi adalah 2175 m3.Pada
masing-masing bak aerasi ini terdapat separator yang mutlak diperlukan untuk
memasok oksigen ke dalam air bagi kehidupan bakteri. Parameter yang diukur
dalam bak aerasi ini dengan system lumpur aktif adlah DO, MLSS dan suhu. Dari
pengalaman yang telah dijalani, parameter-parameter tersebut dijaga sehingga
penguraian polutan yang terdapat dalam limbah dapat diuraikan semaksimal
mungkin oleh bakteri. Oksigen terlarut yang diperlukan berkisar 0,5-2,5 ppm.
MLSS berkisar 4000-6000 mg/l dan suhu berkisar 29-30 oC.
* Proses Sedimentasi
Bak sedimentasi II mempunyai bentuk
bundar pada bagian atasnya dan bagian bawahnya berbentuk kronis yang dilengkapi
dengan pengaduk.Desain ini dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran endapan
dari dasar bak. Pada bak sedimentasi ini akan terjadi setting lumpur yang
berasal dari bak aerasi dan endapan lumpur ini harus segera dikembalikan lagi
ke bak aerasi karena kondisi pada bak sedimentasi hamper mendekati anaerob.
- PROSES TERSIER
Pada proses pengolahan ini ditambah
bahan kimia yaitu Aluminium Sulfat. Polimer dan antifoam ; untuk mengurangi
padatan tersuspensi yang masih terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini
diperlukan untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut
dibuang ke perairan.
Air hasil proses biologi dan
sedimentasi selanjutnya ditampung dalam bak interdiet (volume 2 m3 ) yang
dilengkapi dengan alat yang disebut inverter untuk mengukur level air, kemudian
dipompakan ke dalam tangki koagulasi dengan mengguanakan pompa sentrifugal.
Pada tangki koagulasi ditambahkan aluminium sulfat dan polimer sehingga
terbentuk flok yang mudah mengendap. Selain kedua bahan koagulan tersebut juga
ditambahkan tanah yang berasal dari pengolahan air baku yang bertujuan menambah
partikel padatan tersuspensi untuk memudahkan terbentuknya flok.
Proses atau tahap penanganan limbah
meliputi :
- Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil adalah program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
- Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus diperiksa pula :
*Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar
limbah proses pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna
dengan dasar air untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila digunakan
pewarna yang mengandung logam seperti krom, mungkin diperlukan reduksi kimia
dan pengendapan dalam pengolahan limbahnya. Proses penghilangan logam
menghasilkan lumpur yang sukar diolah dan sukar dibuang. Pewarnaan dengan
permukaan kain yang terbuka dapat mengurangi jumlah kehilangan pewarna yang
tidak berarti.
*Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung
zat warna, maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan
diolah tersendiri. Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk
menghilangkan logam dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi dan
penjernihan (dengan tawas, garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari
pengolahan kimia dapat dicampur dengan semua aliran limbah yang lain untuk
dilanjutkan ke pengolahan biologi.
- Pengukur dan pengatur laju alir
- Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan
- Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran
- Pengurangan pemakaian air masing-masing proses
- Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat
- Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan (make-up) dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk membuat penangas pemasakan atau penggelantangan)
- Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
- Pembilasan dengan aliran berlawanan
- Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD
- Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang kadarnya kurang kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
- Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang menghasilkan BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
Untuk memperoleh BOD, COD, padatan
tersuspensi, warna dan parameter lain dengan kadar yang sangat rendah, telah
digunakan pengolahan yang lebih unggul yaitu dengan menggunakan karbon aktif,
saringan pasir, penukar ion dan penjernihan kimia.
Pemanfaatan limbah industry tekstil
dapat berupa:
*Industri
tekstil tidak banyak menghasilkan banyak limbah padat. Lumpur yang dihasilkan
pengolahan limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil.
Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak dan
lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain adalah dapat digunakan sebagai bahan
tas kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga
digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
*Lumpur
dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat
atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung
krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah.
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment,STP dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusHp:081310849918