Jumat, 29 November 2013

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA




Limbah cair merupakan limbah berwujud cair yang keberadaannya tidak diharapkan. Limbah ini dapat dihasilkan dari kegiatan Industri serta kegiatan rumah tangga. Kali ini kita akan bahas cara mengolah limbah cair yang berasal dari rumah tangga. Penanganan limbah cair rumah tangga dapat dilakukan dengan membuangnya dalam sepitack namun hal ini dikhawatrirkan akan menyebabkan kebocoran pada tanah dan menyebabkan pencemaran tanah. Solusi alternatif yang ada yaitu menggunakan sepitanck yang berbentuk tabung diproduksi oleh beberapa perusahaan namun tidak semua lapisan masyarakat mampu untuk membelinya selain itu masalah penggunaan sepitanck ini juga sulit diterapkan didaerah padat sekitar kota-kota. Dan faktanya sebagian besar masyrakat dikota membuang limbah ke saluran air atau selokan. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air dan merusak lingkungan sekitar.  Oleh sebab itu kita akan mencoba menerapkan pengolahan air ke dalam pengolahan limbah rumah tangga. Pengolahan air meliputi  koagulasi, netralisasi, adsorpsi dan desinfeksi.
Adapun tahap yang dapat dilakukan yaitu Adsorpsi, Koagulasi, Netralisasi dan Desinfeksi:

1.     Langkah pertama adalah adsorpsi dimana adsorpsi sering dimanfaatkan untuk menghilangkan bau, rasa dan warna. Adapun bahan yang biasa digunakan untuk adsorpsi adalah karbon aktif, zeolit, lumpur aktif dan silika gel. Bahan-bahan tersebut dikenal dengan adsorben. zat-zat penyebab bau, rasa dan warna akan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa pada proses adsorpsi ini terlibat gaya-gaya antar molekul untuk menghilangkan bau rasa dan warna, gaya antar molekul yang paling mungkin adalah gaya Van der Walls. Adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif yang mudah didapat serta ekonomis.
2.      Langkah selanjutnya adalah koagulasi, langkah ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan partikel koloid yang sulit dipisahkan dengan penyaringan biasa. Kekeruhan yang ada pada limbah umumnya stabil hal ini dikarenakan terdapat partikel koloid terlarut didalamnya, sedangkan partikel suspensi akan mengendap di dasar. Keadaan seperti ini (keruhnya air limbah) akan terus berlangsung jika kestabilan koloid dalam limbah tidak diganggu oleh sebab itu untuk mengganggu kestabilan koloid dapat dilakukan dengan cara koagulasi yaitu proses penggumpalan partikel-partikel koloid dan pengendapannya. Koagulasi ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu zat yang disebut koagulan, ada bermacam-macam koagulan diantaranya tawas, FeCl3, PAC, FeSO4 dan lain-lain.  umumnya koagulan yang paling sering digunakan adalah tawas hal ini dikarenakan mudah diperoleh dan ekonomis. Dengan penambahan koagulan maka limbah perlahan menjadi jernih  yang selanjutnya perlu dilakukan penyaringan untuk memisahkan partikel koloid yang terendapkan dengan zat cairnya.
3.     Langkah selanjutnya adalah netralisasi, langkah ini perlu dilakukan karena penggunaan tawas sebagai koagulan akan menyebabkan limbah menjadi asam dan jika dibiarkan akan merusak lingkungan. Oleh sebab itu, perlu ditambahkan zat lain yang dapat menetralkan pH dari limbah. Untuk koagulan tawas biasanya digunakan Ca(OH)2 untuk menetralkan pHnya, namun penggunaan Ca(OH)2 memungkinkan timbulnya limbah baru yaitu air sadah yang disebabkan oleh Ca2+. selain  Ca(OH)2 juga bisa menggunakan CaCO3 atau Na2CO3 atau garam-garam lain yang bersifat basa. Jika limbah bersifat asam tentu dapat dinetralkan oleh asam atau garam-garam yang bersifat asam seperti NH4Cl dan lain sebagainya.
4.     Langkah  terakhir adalah desinfeksi. Langkah ini diambil untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam limbah, bahan yang digunakan disebut desinfektan adalah senyawa klorin seperti asam hipoklorit, ion hipoklorit dan lain-lain. Cara lain juga dapat digunakan seperti dengan ozon, dan dengan pemanasan.
 
Setelah selesai pengolahan tentunya kita harus mampu memastikan apakah limbah sudah aman bagi lingkungan atau tidak hal ini dapat ditempuh dengan beberapa uji terhadap sifat-sifatnya.


PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN ALAT COMPOSTING MACHINE SEDERHANA SKALA RUMAH TANGGA


 Sampah rumah tangga merupakan  masalah yang dianggap sepele oleh masyarakat  Indonesia. Meskipun begitu sampah rumah tangga dapat menjadi sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar, mulai dari masalah bau yang ditimbulkan ataupun masalah yang berupa membawa penyakit bagi lingkungan yang disekitarnya. Di Indonesia sendiri sampah rumah tangga kurang dilirik menjadi sebuah bisnis yang sangat menguntungkan. Karena sebagian masyarakat indonesia masih kurang adanya penyuluhan atau pemberi pengetahuan bahwa sampah itu dapat berguna sebagai barang yang di daur ulang atau barang yang bisa dibentuk menjadi barang lebih berguna lagi. Sampah dapat dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik.sampah organik yaitu sampah yang  prosesnya dapat dibusukkan sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat dibusukkan.

Sampah organik biasanya banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional berserakan di jalan. Ini terjadi karena penjual kurang tahu manfaat dari sampah organik tersebut. Oleh karena itu, tujuan kami membuat alat ini yaitu dapat mengurangi atau membantu masyarakat dalam mengatasi masalah sampah yang ada dengan alat composting machine sederhana. Dengan alat ini kita dapat mengurangi sampah rumah tangga skala kecil. Cara penerapan proses composting ini tidak terlalu sulit, bahkan cukup sederhana. Mesin pembuat kompos sederhana dapat diterapkan di tiap rumah tangga. Mesin pembuat kompos ini terbuat dari semacam ember yang dipasang penggiling yang berguna untuk menggiling sampah sampah tersebut. Lalu yang dibutuhkan adalah pembusuk dari sampah tersebut.Organisme yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri, aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator pengomposan, misalnya :MARROS,BioActiva,Green,Phoskko(GP1), Promi, OrgaDec, SuperDec,ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-lain. Biaya produksi mesin pembuat kompos ini tidak mahal,hanya sekitar 100 ribu rupiah per unit akan tetapi skala produksi kompos harus diterapkan secara langsung ke tiap tiap rumah tangga, karena apabila alat pembuat kompos ini ditempatkan di TPS maka prosesnya akan memakan waktu terlalu lama.

Struktur alat pembuat kompos ini sangat sederhana,cukup menambahkan saluran udara dan penggiling pada ember dan penutup ember tersebut. Proses pembuatan kompospun sangat mudah, cukup masukkan sampah organik atau sampah basah, lalu campur dan aduk sampah dengan menggunakan penggiling yang terpasang di alat, campurkan aktivator pengomposan dan diaduk kembali. Setelah diaduk selama lima menit tutup alat pembuat kompos dan biarkan selama beberapa hari.Setelah itu kompos siap digunakan. Dari segi bisnis, pupuk kompos lebih mudah dibuat dibandingkan pupuk kimia, selain itu biaya produksinya pun lebih murah dan proses pembuatannya lebih mudah.

Keuntungan yang didapat dari proses composting machine sangat banyak yaitu dapat mengurangi sampah rumah tangga yang ada, menambah penghasilan karena setelah sampah telah menjadi pupuk, kita dapat menjual pupuk itu ke petani ataupun kita gunakan sendiri untuk kebun kita sendiri,mencegah kerusakan lingkungan karena sampah yang digunakan telah diproses atau telah dikurangi volumenya.

Kami simpulkan bahwa limbah rumah tangga yang biasanya dianggap sepele atau tidak berguna memiliki keuntungan yang tinggi. Karena bahannya sendiri mudah dicari atau tidak memiliki harga yang tinggi tetapi memiliki harga jual yang tinggi melalui alat composting machine sederhana. Alat ini tidak terlalu mahal Cuma sekita 100 ribu rupiah saja tapi telah menolong atau membantu orang banyak dalam proses pengolahan sampah.

Minggu, 24 November 2013

PENGOLAHAN LIMBAH SAMPAH


Siapa yang tidak mengenal kata sampah, kata sampah sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Sampah ialah limbah, yang sudah tidak digunakan atau dibuang oleh pemiliknya. Dan boleh dikatakan kita setiap hari berhadapan dengan yang namanya sampah. Di lingkungan rumah tangga, tempat bekerja maupun di tempat-tempat umum sering kita jumpai sampah sebagai benda yang tidak digunakan lagi. Sampah dalam jumlah besar biasanya datang dari kegiatan industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya dari kegiatan pertambangan dan buangan pabrik (manufaktur).



Bila tidak dikelola dengan baik, sampah akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Seperti kita ketahui, tempat sampah sering menjadi tempat yang menyenangkan bagi hewan penyebar penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu, sampah yang dibuang sembarangan, misalnya ke dalam selokan atau sungai, akan menghambat jalannya aliran air. Sampah tersebut bertumpuk sehingga aliran air selokan atau sungai tersumbat. Ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan mengakibatkan banjir.


Namun, tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu memiliki
pemahaman tentang sampah dan bagaimana mengelolanya agar berguna.

Salah satu bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari sampah.


Ada berapa jenis sampah?
Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi :
A. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
B. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Berdasarkan sumbernya, jenis sampah dibagi menjadi :
* Sampah Alam
* Sampah Manusia
* Sampah Konsumsi
* Sampah Nuklir
* Sampah Industri
* Sampah Pertambangan

Bagaimana cara menangani sampah? 

1. Dipilah
Yaitu memisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan sampah yang tidak mudah atau sulit membusuk.

2. Dibuat kompos:
setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos; 

3. Didaur ulang:
Adapun sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik atau kertas, dapat diolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali atau dijual.

Apa saja ciri kompos yang baik? 


Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut : 

@ Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
@ Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
@ Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat kelembapan.
@ Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
@ Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau 


Pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Asal limbah/sampah
Bahan
1. Pertanian
Limbah dan residu/sisa tanaman

Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa
Limbah & residu ternak
Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas
Tanaman air
Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air
2. Industri
Limbah padat
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan
Limbah cair
Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit
3. Limbah rumah tangga
Tinja, urin/air seni, sampah rumah tangga dan sampah kota




Bagaimana cara membuat kompos?

Tahapan pengomposan 


Secara rinci adalah:
1. Pemilahan Sampah
* Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah an-organik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.

2. Pengecil Ukuran
* Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos

3. Penyusunan Tumpukan
* Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.

*Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.

* Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.

4. Pembalikan
* Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

5. Penyiraman
* Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%).

* Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.

* Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.

6. Pematangan
* Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.

* Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama ± 14 hari.

7. Penyaringan
* Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
* Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
* Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
* Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma atau benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.